Aku disini bukan untuk menganggu waktumu, Namaku Echa, aku
hanya ingin berbagi cerita kepadamu, tentang apa yang telah ku rasakan saat
itu, saat saat terakhir aku bergelar siswi SMP
—
Sinar mentari pagi minggu itu menerobos jendela kamarku dan
jatuh tepat di atas kelopak mataku. Aku terbangun, meski setengah sadar, aku
berdiri untuk membuka tirai jendela, dan membiarkan cahaya matahari itu
sepenuhnya masuk ke dalam kamar mungil bernuansa girly ku ini. Aku melirik
sebuah foto yang tergantung rapi di samping jendela kamarku. Di dalam foto itu,
terdapat seorang remaja cewek dan seorang lagi remaja cowok. Tampak kegembiraan
dan kebahagiaaan saat itu, membuat mereka lupa akan masalah-masalah yang ada. Ya!
itu aku, dan cowok itu… Huft! Dia sahabatku. Alargiantyo Marco namanya. Aku
tumbuh bersamanya, mengawali hari bersamanya. Kami selalu bersama. Tak
terhitung suka dan duka yang telah kami lalui. Meski ada pertengkaran kecil
yang seringkali terjadi akibat perselisihpahaman, kami selalu dapat melerainya
dengan tawa dan candaan. Dia lucu dan suka melawak. Ia tak pernah gagal membuat
gelak tawaku muncul. Dia selalu menasihati saat aku salah dan mensupport apa
yang aku ingin dan aku impi-impikan. Dia ada dan selalu ada.
Ah, sudahlah. Aku berjalan meninggalkan foto itu tergantung.
Balkon! Disanalah aku mencurahkan segala isi hatiku. Tentang apapun.
“Krieekk” engsel pintu kaca kecil berbunyi. Ku tumpukan siku
ku ke pagar balkon, sambil memandang padang rumput luas di hadapanku. Mulutku
mulai terbuka “Kuatkan aku menghadapi hari esok, Tuhan! Hari yang akan membuat
beribu butiran air mataku jatuh. Kuatkan aku Tuhan.”
Kau pasti penasaran tentang hari yang ku takutkan? Sebenarnya
itu tak menakutkan, namun mungkin aku terlalu lebay berkata bahwa hari itu
menakutkan. Hari Perpisahan.
—
Hari Senin. Aku siap, aku siap untuk melepasnya. Aku pasti
siap.
Aku berjalan ke dalam Aula sekolah. Ternyata sudah banyak
juga yang datang. Hampir semua wajah mereka murung, ntah apa yang ada di
pikiran mereka kala itu. Mataku mencari seseorang, nah itu dia!
“Marcooo.” Teriakku lalu berlari kearahnya.
“Sudah siap untuk hari ini Cha?” Tanya nya tersenyum.
“A..Ak..ku.. siap.” jawabku ragu, senyuman ku memudar.
“Tak usah sedih, setiap pertemuan pasti ada perpisahan.” ia
merangkulku masih terpasang senyum menghiasi wajahnya. Aku kembali menarik
sudut bibirku, berusaha tersenyum.
“Aku mengerti.” balasku.
Ia menarik tanganku untuk duduk. Acara akan dimulai, seperti
ada berjuta kupu-kupu memenuhi perutku saat itu. Aku merinding, jantungku
berdegup kencang. Aku menatap mata Marco. Dia mengangguk pelan, memberiku
kepastian. Aku tersenyum. Sepanjang acara berlangsung, Marco merangkulku dan
menghiburku.
Tibalah penghujung acara, kami semua berdiri, sudah ada yang
menangis tersedu. Semua murid murid SMP kelas 9 menyanyikan lagu Hymne Guru.
Disusul penampilan dari 2 orang siswi. Mereka menyanyikan lagu Peterpan
berjudul Semua Tentang Kita. Air mataku mengalir saat itu. Aku kembali menatap
mata Marco dalam dalam. Airmataku tak berhenti keluar, seperti tiada rem. Marco
membalas tatapan mataku.
“Sudahlah jangan menangis, tak ada gunanya kau menangis.”
katanya.
“Aku tak ingin kehilangan seorang sahabat sepertimu.” aku
menunduk.
Ia menaikkan wajahku “Dengarkan aku Cha. Aku ada untukmu,
untuk menjagamu. Aku ada untukmu, untuk melindungimu. Kau tak akan kehilanganku
Cha. Aku ada di dalam hatimu, aku selalu ada disana. Aku menjagamu dari sana.
Zaman sudah canggih, kau bisa menghubungiku nanti. Pasti, aku pasti kembali
kesini, ke hadapanmu Cha. Aku ingatkan, kau harus terus bermimpi untuk meraih
cita citamu walau aku tak ada di sampingmu saat itu. Aku disana juga akan
berusaha mraih cita-citaku. Kau bisa, aku bisa, kita bisa! Satu lagi, Jangan
pernah terlintas di pikiranmu, bahwa aku akan melupakanmu dan mendapatkan
sahabat yang lebih baik darimu. Ku yakinkan, tak ada! Ingat, kita 8 tahun
bersama, kau tahu apa kelemahanku, kelebihanku, begitu juga sebaliknya. Dari
kecil kita sama, mengawali hari bersama. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah
ada.”
Aku semakin menangis, ia begitu tahu, dan mengerti isi hati
terdalamku, dan apa yang aku takutkan jika kami jauh. Marco memelukku erat, aku
tak mau lepas, aku ingin selalu dipelukannya.
“Ini hari terakhir aku disini, nanti malam aku sudah
berangkat ke Jerman.” Katanya lagi.
“Secepat itu kah, Mar?” tanyaku memastikan.
“Maafkan aku Cha, aku tak tahu tentang ini.” Jelasnya iba.
“Aku mengerti Mar.”
“Terimakasih Cha.”
“Jaga dirimu baik-baik di sana. Lanjutkan apa yang kau
impikan. Raih citamu, aku ada di dalam hatimu, dan akan selalu tersimpan
disana.”
“Jaga diri juga disini Cha, walau aku tak ada, kau harus
rajin. Aku support kau dari sana. Aku juga tersimpan di dalam hatimu.”
“Ini, simpan baik baik, jika kau rindu aku, kau cukup memutar
video ini, aku ada disana.” Aku menyerahkan setumpuk kaset video. Itu sudah
jauh jauh hari kusiapkan.
“Terimakasih, kau juga harus menyimpan ini, putar saja
kuncinya.” katanya sambil menyerahkan pula sebuah kotak berwarna pink muda. Aku
menerimanya dengan senang hati.
Aku berjalan keluar dengan langkah pasti. Pasti aku tidak
akan melupakannya. Pasti aku akan terus bermimpi dan meraih cita meski tak ada
dia di sampingku. Pasti aku akan bertemunya lagi suatu saat nanti, ketika Aku
dan Marco sudah menjadi apa yang kami inginkan.
Kau Marco, akan selalu ada dan tersimpan di dalam hati ini.
Aku Echa, akan selalu ada dan tersimpan di dalam hati nya